PENGASUHAN POSITIF
Pengertian Pengasuhan
Positif
Pengasuhan positif
merupakan pengasuhan yang berdasarkan kasih sayang, saling menghargai,
membangun hubungan yang hangat antara anak dan orang tua. Penerapan pengasuhan
ini akan saling membangun dengan mengedepankan penghargaan, pemenuhan, dan
perlindungan hak anak, serta mengutamakan kepentingan terbaik anak. Orang tua
yang menerapkan pengasuhan positif selalu berupaya menciptakan lingkungan yang
ramah dan bersahabat untuk anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Apa tujuan pengasuhan
positif?
1. Meningkatkan Kualitas
Interaksi anak dengan orang tua
Dengan memberikan
pengasuhan positif, anak akan merasa disayangi dan dihargai oleh orang tua. Di
sisi lain, orang tua juga merasa dipercaya dan dihormati oleh anak. Hal ini
membuat kualitas interaksi antara anak dan orang tua lebih positif dan penuh
kehangatan.
2. Mengoptimalkan tumbuh
kembang anak
Pengasuhan positif dari
orang tua membuat seluruh aspek tumbuh kembang anak terstimulasi dengan baik.
Tidak hanya dari segi fisik, aspek perkembangan kognitif, sosial dan emosional
juga diperhatikan oleh orang tua.
3. Mencegah
perilaku-perilaku negatif di kemudian hari
Anak yang mendapat
pengasuhan positif akan cenderung memiliki kelekatan yang kuat dengan orang
tuanya. Hal ini membentuk perilaku positif di diri anak sehingga perilakun
negatif cenderung dapat dicegah.
Komunikasi Efektif
Banyak
orang berkata bahwa komunikasi adalah dasar dari hubungan yang baik, termasuk
hubungan antara orang tua dan anak. Melalui komunikasi, orang tua menyampaikan
pesan kasih sayang pada anak. Melalui komunikasi, orang tua mengajarkan banyak
hal pada anaknya. Melalui komunikasi pula, anak dan orang tua saling
menyampaikan apa yang mereka inginkan dan harapkan. Tidak ada pengasuhan
positif tanpa komunikasi yang efektif. yaitu proses penyampaian pesan dari
pengirim pesan dan dapat dipahami oleh penerima pesan dengan nyaman
Apa manfaat komunikasi dalam
pengasuhan?
Anak mempelajari perilaku
positif dan nilai-nilai melalui komunikasi dengan orang dewasa di sekitarnya,
khususnya orang tua. Tanpa komunikasi, tidak ada belajar.
Berikut adalah beberapa
manfaat komunikasi efektif.
1. Anak
merasa diterima dan dipercaya orang tua sehingga anak akan membicarakan semua
persoalan dengan orang tua.
2. Orang
tua lebih mudah menyampaikan harapan terhadap anak dan dapat mengembangkan
perilaku positif anak.
3. Orang
tua yang mendengarkan suara anak menunjukkan sikap respek. Anak merasa didengar
dan dimengerti dan pada gilirannya akan meningkatkan rasa percaya diri. Pada
gilirannya anak juga akan terlatih menjadi pendengar yang baik.
4. Anak
akan terlatih mengendalikan diri karena dalam komunikasi yang efektif anak dan
orang tua akan terlatih untuk menyimak ketika orang lain berbicara
5. Dengan
komunikasi yang baik anak juga akan menyampaikan pendapat, pemikiran, dan
perasaannya dengan baik dan terkendali.
Keterampilan komunikasi apa saja
yang penting dikuasai orang tua?
1. Keterampilan
berempati
Keterampilan orang tua
untuk memahami apa yang dirasakan, diharapkan, dan dipikirkan oleh anak. Mendengarkan
tanpa memberi penilaian, menyimak ekspresi, dan memahami perasaan anak sebelum
berbicara dengan anak.
2. Keterampilan
menyimak
Keterampilan orang tua
untuk bersabar dan fokus dalam menerima pesan dari anak.
3. Keterampilan
bertanya
Keterampilan orang tua
dalam membuat dan mengajukan pertanyaan yang membangun percakapan dengan anak.
4. Keterampilan
bercerita
Keterampilan orang tua
dalam menceritakan pengalaman atau cerita yang menarik perhatian anak.
5. Keterampilan
memberi umpan balik
Keterampilan memberi respon membantu
anak bercerita lebih banyak untuk memperjelas atau mengklarifikasi maksudnya.
Bagaimana cara membangun
komunikasi efektif dengan anak?
1. Orang
tua perlu memberi kesempatan pada anak agar bicara lebih banyak. Bagi sebagian
orang tua hal ini perlu dilatih terutama pada mereka yang selama ini lebih
banyak mendomi nasi pembicaraan dengan misalnya ceramah dan nasehat serta hanya
mengharapkan anak mendengar dan menyetujui yang mereka sampaikan.
2. Mendengarkan
secara aktif (memberi perhatian, berempati, tidak memotong pembicaraan, dan
tidak memberikan penilaian) perlu dikuasai oleh orang tua. Dengan cara ini anak
akan merasa dihormati, didengar, dan dimengerti. Ini akan membuat anak
mempunyai rasa percaya pada dan perasaan didukung oleh orang tua.
3. Berkomunikasi
dengan tingkat yang sejajar dengan anak. Hal ini tidak saja terkait dengan
posisi tubuh sehingga memungkinkan kontak mata dan membaca bahasa tubuh anak,
teruta ma jika anak masih kecil, tetapi juga terkait dengan bahasa yang
digunakan yang harus disesuaikan dengan usia anak.
4. Bahasa
yang pendek, tidak bertele-tele, dan jelas perlu digunakan agar pesan yang
disam- paikan orang tua mudah dipahami dan diterima oleh anak. Selain itu
bahasa yang positif akan lebih mendukung anak daripada bahasa yang negatif.
Apa saja penghalang dalam
berkomunikasi?
Cara berkomunikasi yang
efektif kelihatannya mudah, namun dalam praktik sehari-hari ternyata tanpa kita
sadari banyak hal yang membuat itu tidak terjadi. Berikut beberapa hal yang
sering kita lakukan :
1. Menyalahkan
Contohnya: “Kamu sih ga
mau dengerin Ibu, kan Ibu sudah bilang, siapkan PR kamu dari malam.”
2. Meremehkan
Contoh: “Ah kamu, begitu
saja tidak bisa?”
3. Perintah
Contoh: “Pokoknya, kamu
harus masuk jurusan IPA”
4. Ceramah
Contoh: “Kamu ini
kebiasaan ya pulang sore-sore. Kan mama sudah bilang kalau selesai sekolah
langsung pulang. Kamu jadi anak itu harus menurut sama orang tua. Kamu tau
tidak kalau anak yang tidak menurut itu nanti kalau sudah besar susah menjadi
orang sukses.Kamu memangnya mau jadi orang yang tidak sukses?”
5. Memberi
label
Contoh: “Dasar pemalas”
6. Mengejek
Contoh:
“Jelek banget sih gambar kamu?”
7. Membandingkan
Contoh: “Masa gini aja ga
bisa? Tuh lihat teman kamu, dia dapat nilai bagus.”
8. Menyindir
Contoh: “Duh pinter banget sih ini
anak Ayah, nilainya merah semua”
Ungkapan-ungkapan
negatif itu bisa menimbulkan rasa marah, dendam, minder, dan/atau banyak perasaan
negatif yang lain. Jika sebelumnya anak sudah mempunyai perasaan seperti yang
orang tua ungkapkan, maka yang disampaikan orang tua hanya akan mengonfirmasi
saja. Ingat ucapan kita ke anak adalah doa kita.
Disiplin Positif
Ketika
anak melakukan kesalahan atau berperilaku yang tidak kita inginkan, reaksi yang
sering kita lakukan baik di rumah maupun di sekolah adalah memberikan hukuman
fisik maupun verbal kepadanya. Ketika seorang anak memecahkan piring karena
berlari-lari di dalam ruangan, kadang kita langsung memukul tangan anak itu
atau menjewer telinganya. Ada orang tua yang bahkan mengunci anaknya di kamar
mandi ketika anak melakukan kenakalan. Pada anak-anak yang lebih besar, ketika
mereka membantah yang kita katakan kadang membuat kita emosi dan memukul anak
kita.
Banyak
yang berpendapat bahwa kita melakukan itu agar anak disiplin, bahkan ada
pepatah di sebagian masyarakat kita bahwa ‘di ujung rotan ada emas’. Pepatah
ini yang membuat kita membayangkan bahwa disiplin banyak berkaitan dengan
kekerasan. Padahal, pembentukan disiplin dengan cara negatif dapat memberikan
dampak kurang baik pada anak. Oleh karena itu, saat ini berkembang pendekatan
disiplin positif dalam membentuk perilaku anak.
Disiplin
positif adalah cara menumbuhkan disiplin yang didorong oleh kesadaran dalam
diri anak tanpa hukuman/ancaman dan hadiah atau sogokan. Anak berusaha untuk
tidak melakukan sesuatu yang salah karena memahami akan konsekuensi yang
terjadi. Disiplin positif merupakan pembentukan kebiasaan dan tingkah laku
positif anak yang melibatkan dukungan orang tua berupa ketegasan dan kasih
sayang sehingga keterampilan sosial anak dapat berkembang dengan optimal, bukan
mengendalikan anak dengan kekerasan atau hukuman.
Tujuan disiplin positif :
1. Membuat anak dapat
bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
2. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk membangun tingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh
lingkungannya.
3. Mengajarkan anak
bagaimana bertingkah laku, memahami mana yang benar dan mana yang salah.
Manfaat disiplin positif
1. Dapat menumbuhkan
kepercayaan diri anak
2. Dapat mendukung
kemandirian anak dan rasa bertanggung jawab atas dirinya
3. Dapat mendukung
lingkungan yang lebih baik dalam keluarga
Apa yang perlu diketahui sebelum menerapkan disiplin positif?
1. Pahami
tahap perkembangan anak.
Karakteristik anak di setiap tahap
perkembangan berbeda-beda. Orang tua perlu memahami karakteristik umum anak di
tiap tahap perkembangan serta bagaimana pengasuhan yang sesuai untuk tiap tahap
perkembangan.
2. Kenali
kekhasan anak.
Anak terlahir dengan
sifatnya masing-masing. Misalnya, ada yang mudah berkenalan dengan orang baru
dan ada yang lambat mengenal orang lain.
3. Pahami
kebutuhan anak
Setiap anak memiliki kebutuhan dasar
(makan, minum, tidur, main) yang perlu dipenuhi. Misalnya: Anak yang sedang
kelelahan, mengantuk, dan lapar akan sulit mengikuti aturan dan mematuhi
kesepakatan. Saat menerapkan disiplin, orang tua juga perlu memahami dan
memenuhi kebutuhan anak.
Apa tantangan dan hambatan orang tua saat menerapkan disiplin positif
1. Pengalaman
masa lalu orang tua
Pengalaman saat menjadi
anak akan memengaruhi cara menerapkan disiplin pada anak saat ini. Banyak
pengalaman yang dapat diterapkan pada anak kita, tetapi ada juga pengalaman
yang tidak perlu diulang.
2. Emosi
orang tua
Saat menerapkan disiplin,
ada berbagai emosi yang dirasakan oleh orang tua. Hal tersebut sangat wajar
dialami, tetapi perlu dikendalikan dengan baik.
Bagaimana cara menumbuhkan
disiplin pada diri anak?
1. Membuat
kesepakatan Bersama
Menyepakati aturan untuk
anggota keluarga sangat penting sehingga semua anggota keluarga tahu mana yang
boleh dan tidak serta mengetahui konsekuensinya jika perilaku yang tidak
diinginkan terjadi.
2. Sabar
dan percaya diri
Untuk mendisiplinkan anak
dituntut kesabaran yang tinggi dan keyakinan bahwa orang tua memiliki kemampuan
dalam mendisiplinkan anak.
3. Tenang
Sikap tenang orang tua
diperlukan agar pesan yang disampaikan lebih jelas sehingga mudah dipahami
anak.
4. Konsisten
Orang tua harus konsisten
dengan keputusan atau aturan yang telah ditetapkan bersama. Aturan untuk
memberitahu jika pulang terlambat, tidak berkata kasar, dan berdoa sebelum
makan akan lebih mudah dilakukan jika orang tua memberi teladan dengan konsisten
mengikuti aturan-aturan itu. Pesan yang membingungkan akan diterima anak
jika aturan hanya berlaku pada mereka
sedangkan orang tua diperbolehkan, misalnya merokok dan mengonsumsi minuman
keras.
5. Memberikan
penjelasan
Untuk menumbuhkan sifat
kritis di keluarga, aturan yang dibuat harus didasarkan atas alasan yang kuat.
Untuk itu orang tua, atau bahkan anak yang sudah menginjak dewasa, harus mampu
menjelaskannya. Jika ini dilakukan anak akan terlatih melakukan sesuatu atas
dasar alasan yang kuat, tidak karena alasan kepatuhan, ancaman hukuman, atau
iming-im ing hadiah.
6. Tidak
mudah menyerah
Jangan mudah terpancing
oleh perilaku anak sehingga menimbulkan kemarahan. Bila menghadapi kegagalan
ulangi kembali, percayalah anak mampu belajar disiplin.
7. Menghindari
melakukan kekerasan
Hindari mencaci,
mengecam, memukul anak, karena bisa membuat anak benci, dendam, dan mengacuhkan
orang tuanya.
8. Hindari
memberikan iming-iming agar anak mau berperilaku baik
Anak berperilaku baik
seharusnya karena kesadaran bahwa perilaku itu akan membawa manfaat untuk
dirinya dan bahkan lingkungannya. Seharusnya anak berperilaku baik bukan karena
hadiah yang dijanjikan. Sebagai contoh, orang tua perlu menjelaskan pada anak
bahwa mandi akan membuat dirinya nyaman, bukan karena akan mendapatkan hadiah
setelah mandi.
9. Mendampingi
anak tidak hanya pada saat sukses, tetapi juga pada saat sulit
Anak kadang mengalami
tekanan di lingkungan rumah atau di sekolahnya, mungkin karena mengalami
perundungan, hasil ujian yang rendah, atau tidak bisa mengikuti gaya hidup
temannya. Orang tua diharapkan tidak menyalahkan anak atau menyepelekan masalah
yang dihadapi tetapi memberi semangat.
10. Jangan
mengungkit-ungkit perilaku negatif di masa lalu
Semua orang pernah berlaku salah,
termasuk anak kita. Ketika itu terjadi ada perasaan bersalah, malu, dan ingin
orang lain tidak tahu. Jika orang tua mengungkit-ungkit perila- ku yang salah
itu, tidak mustahil anak merasa tidak nyaman karena diingatkan atas sesuatu
yang ingin dia lupakan dan tinggalkan. ungkit perilaku yang salah itu, tidak
mustahil anak merasa tidak nyaman karena diingatkan atas sesuatu yang ingin dia
lupakan dan tinggalkan.
Bagaimana cara menumbuhkan
disiplin pada diri anak?
Keluarga
memerlukan aturan dan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan untuk kepentingan bersama. Sangat penting untuk melibatkan anak dalam
menentukan aturan itu. Untuk itu diperlukan kesepatakan bersama. Kesepakatan
bersama yang dipraktikkan akan mendorong anak terbiasa melakukan kegiatan
sehari-hari dengan baik dan teratur. Ini menjadi modal penting dalam
menumbuhkan disiplin positif.
Berikut adalah beberapa tips
pembuatan kesepakatan bersama.
1. Aturan
dan kesepakatan bersama yang dibuat sedapat mungkin berlaku untuk semua anggota
keluarga.
2. Aturan
dibuat singkat, mudah dimengerti, dan diingat oleh semua anggota keluarga.
3. Aturan
dibuat tertulis dan ditempelkan pada dinding yang dapat dilihat oleh semua
anggota keluarga.
4. Setelah
beberapa waktu, aturan bisa dilihat bersama untuk dinilai apakah perlu diganti
atau diperbaiki.
5. Semua
anggota keluarga melaksanakan kesepakatan secara terus-menerus dan terapkan konsekuensi yang tepat saat ada pelanggaran.
Pengasuhan
yang diberikan orang tua kepada anak memberikan dampak yang sangat besar pada
anak, baik saat ini maupun di masa depannya. Oleh karena itu, pemberian
pengasuhan yang positif sangat penting untuk diterapkan oleh orang tua.
Video Pengasuhan Positif :
Sumber : Modul Pengasuhan Positif. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dear admin.. mau tanya dunk...
BalasHapus#pengasuhan_positif
Bagaimana mensiasati bila anaknya megalami hambatan komunikasi dalam penerapan komunikasi kreatif."
Trims... Reader..
Selamat sore Akang Bino, sebelumnya saya ucapkan terimakasih sudah mengunjungi blog saya. Iya kang, memang ada anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik karena yang dikarenakan oleh masalah fisik maupun masalah lainnya, disini orangtua tetap memegang peranan utama yaitu orang tua menyampaikan pesan kasih sayang pada anak, dalam berbagai bentuk. Sehingga anak akan tumbuh percaya diri dan komunikasi efektif pun akan terbangun sejak kecil.
BalasHapusJadi komunikasi itu bukan secara oral aja ya... Jadi dengan gerakan anggota tubuh juga bisa membuat suatu komunikasi uang positif..
HapusTrimakasih Admin atas jawabannya..
Regrad.. Reader...
Iya betul.
HapusSama - sama akang Bino